Jumat, 06 Juni 2014

Syair Lagu Anak-Anak Banyak Salah

Syair lagu anak-anak yang melegenda dan dihafalkan oleh hampir seluruh rakyat Indonesia ternyata banyak yang salah.mungkin sudah ribuan netter yang mempublishnya di forum- forum atau bahkan mempostingnya diblog. Tentunya saya sangat menghargai karya-karya para pahlawan anak tersebut, dan postingan tentang kesalahan lagu anak-anak kali ini bukan bermaksud untuk menyalahkan siapapun, ya sekedar untuk lucu-lucuan saja.Karena memang kalau kita perhatikan kesalahan lagu anak-anak, lucu sekali. Bisa sebagai pelipur lara hati yang luka.
 
1. Naik Kereta Api
Naik kereta api tut..tut..tut...
Siapa hendak turut
Ke Bandung... Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Mungkinkah ini ada hubungannya dengan
pihak PJKA yang selalu rugi setiap
tahunnya?. Setiap kali saya naik kereta, pasti
saya menemukan penumpang yang ingin naik
kereta dengan percuma alias gratis. Jika ada
pemeriksaan tiket mereka cukup bersalaman
dengan petugas. Saya terakhir naik kereta
dalam perjalanan mudik liburan kemarin. Dan
saya menemukan 5 orang, yang ada disekitar
tempat saya duduk, yang tidak membeli tiket.
Mereka cukup melakukan salam tempel pada
saat pemeriksaan tiket. Ketika saya tanyakan
berapa yang mereka berikan, mereka
menjawab limaribu rupiah sekali
pemeriksaan. Biasanya pemeriksaan dalam
perjalanan kereta dari Jakarta ke Jawa, ada
2-3 kali pemeriksaan tiket. Jadi mereka bisa
sampai ke kampung halaman hanya dengan
uang sepuluh ribu sampai limabelas ribu
rupiah saja.

2. Pok ame-ame
Pok ame-ame
Belalang kupu-kupu ...
Siang makan nasi
Kalau malam minum susu ...
Siapa yang makan nasi dan minum susu?
Belalang kah? atau Kupu kah? Atau sang
Bayi? Atau mungkin itu merupakan pantun,
baris pertama merupakan pantun ? Jika
memang pantun, kok ame dipasangkan
dengan nasi ya, rasanya kurang klop,
harusnya Pok Ami-ami. Jika yang makan
nasi dan minum susu adalah Belalang dan
Kupu-kupu, apa itu sebuah perumpamaan
yang menggambarkan keadaan mereka pada
saat mereka menciptakan lagu tersebut tak
bisa memberikan nasi dan susu untuk anak-
anak mereka, karena nasi dan susu hanya
mampu dibeli oleh para 'pejabat' yang
disimbolkan dengan Belalang dan Kupu-kupu.
Jika hal ini salah juga, berarti yang makan
nasi dan minum susu adalah si Bayi.
Padahal bayi tidak boleh makan nasi, apalagi
pakai sambel tlenjeng . Mereka hanya boleh
minum susu. Jadi seharusnya lagunya siang
minum susu malam juga minum susu .
 
3. Burung Kutilang
Di pucuk pohon cempaka
Burung kutilang berbunyi
Bersiul-siul sepanjang hari tak jemu-jemu
Mengangguk-ngangguk sambil bernyanyi
trilili...li..li..li..li..li..li
Seharusnya burung kutilang bunyinya tidak
trilili..lilili.. yah, kalau memang tidak bisa
menirukan suara kutilang, minimal cuit..cuit
atau ciut..ciut kan tidak terlalu jauh.

4. Bintang Kecil
Bintang kecil
Dilangit yang biru...
Amat banyak... menghias angkasa
Saya belum pernah melihat langit berwarna
biru pada saat bintang kecil bersinar. Atau
mungkin teman-teman pernah punya
pengalaman melihat langit berwarna biru
dimalam hari? Pernah saya melihat bintang
jatuh dipagi hari, tetapi langit berwarna
merah, dan bintangnya cuma satu tidak amat
banyak.

5. Bangun Tidur
Bangun tidur ku terus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi ku tolong ibu
Membersihkan tempat tidurku
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan
lagu ini, tetapi ada beberapa teman yang
berpendapat seharusnya setelah mandi, pakai
baju dulu. Jadi dia tidak membersihkan
tempat tidur dalam keadaan telanjang dan
basah-basahan. Tetapi menurut saya, proses
membuka baju dan memakai baju memang
sengaja tidak diceritakan dalam lagu Bangun
Tidur, karena mungkin sang pencipta lagu
sudah meramalkan akan ada undang-undang
anti pornografi dan pornoaksi.
 
6. Aku Seorang Kapiten
Aku seorang kapiten
Mempunyai pedang panjang
Kalau berjalan krok..krok..krok...
Aku seorang kapiten
Saya agak sedikit setuju dengan pendapat
beberapa teman yang mengatakan lagu Aku
Seorang Kapitan mencontohkan
inkonsistensi. Si Pencipta Lagu tidak fokus
dalam bercerita, dia hendak menceritakan
pedang ataukah sepatu. Padahal sebelumnya
dia menceritakan pedangnya yang panjang,
kok kalau berjalan krok..krok..krok. Itu kan
suara langkah militer dari seseorang yang
bersepatu. Tapi saya punya pendapat sendiri
tentang lagu ini, mungkin dia sudah selesai
menceritakan pedangnya yang panjang,
kemudian dia teruskan menceritakan
sepatunya. Justru menurut saya, ini adalah
bentuk efisiensi penggunaan kata-kata.
Dengan 4 baris, dia bisa menggambarkan
secara lengkap tentang seorang kapiten.
 
7. Nina bobo
Nina bobo oh Nina bobo
Kalau tidak bobo digigit nyamuk
Ada yang berpendapat lagu ini tidak baik,
karena melakukan pemaksaan dan ancaman
serta menakut-nakuti anak. Bisa kena pasal
lho. Padahal faktanya, justru pada saat tidur
itulah nyamuk akan menggigit dengan
leluasa.
Ah, tidak ada habisnya mencari kesalahan
orang lain.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates